Pertempuran Sungai Pagar (TNI vs PRRI) : Kiprah Pasukan Banteng Raiders 1 (BR-1) Yonif 400/Banteng Raiders di Riau 1958
Pertempuran Sungai Pagar (TNI vs PRRI) : Kiprah Pasukan Banteng Raiders 1 (BR-1) di Riau Daratan 1958
![]() |
Pasukan dari Banteng Raiders 1 (BR-1) saat di Pekanbaru, Maret 1958 sumber : historia.id |
Tak lama setelah PRRI
(Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) dibentuk di Sumatra Tengah, maka
reaksi pemerintah pusat terhadap hal itu dijawab dengan membentuk sebuah
komando operasi gabungan (task force) guna melawan dan menghancurkan gerakan
PRRI pada tanggal 15 Februari 1958 yang diberi nama sandi ‘Operasi Tegas’.
Susunan komandan operasi ini dipegang oleh Letnan Kolonel (Inf) Kaharudin
Nasution, Wakil Komandan I Letkol (Udara) Wirijadinata, dan Wakil Komanda II
Mayor (Laut) Indra Soebagio.
Pendudukan Pekanbaru
Turut serta dalam operasi
gabungan ini salah satunya ialah pasukan dari Kodam IV/Diponegoro yakni dari Yonif 400/Banteng Raiders, Pasukan Banteng Raiders I (BR 1) Semarang. Waktu itu dipimpin oleh Mayor Ciptono
Setiabudi, dengan kekuatan masing-masing kompi dipimpin oleh Lettu Romly (Kompi
A), Letnan Maniso (Kompi B), Letda Basiran (Kompi C), dan Letda Subari (Kompi
D). Pasukan BR 1 ini berhasil masuk ke Pekanbaru via terjun payung di sekitar
Lapangan Udara Simpang Tiga (kini Bandara Sultan Syarif Kasim II) pada tanggal
12 Maret 1958. Disaat yang sama, mereka berhasil menduduki dan menguasai Kota
Pekanbaru tanpa adanya perlawanan yang berarti dari pasukan PRRI. Padahal, pada
dini harinya pasukan PRRI
yang ada di sekitar Lapangan Udara Simpang Tiga ini telah mendapatkan senjata modern
pada saat itu seperti M1 Garand, M1 carbine para, Recoilless, Super Bazooka, M2
HB, dan lainnya yang merupakan bantuan dari pihak asing serta jumlah anggota
mereka pun tidak main-main, berjumlah sekitar 4 kompi (sekitar lebih dari 400
personel). Mungkin, senjata modern yang diperoleh tidak diimbangi dengan mental
dan semangat juang dari anggota PRRI
sendiri, sehingga mereka memilih ‘kabur’ menuju luar Pekanbaru.
![]() |
Potret Mayor Ciptono Setyabudi, Komandan Banteng Raiders 1 (BR-1) sumber : koleksi pribadi Priyono |
Pada tanggal 21 Maret
1958, pasukan BR 1 bergerak mengejar pasukan musuh (PRRI) menuju daerah Desa
Sungai Pagar, Kabupaten Kampar, sekitar lebih kurang 30 Km dari posisi
pendaratan (Lapangan Terbang Simpang Tiga Pekanbaru) perlu diketahui, kini status Sungai Pagar sudah menjadi kelurahan. Saat diperjalanan,
kendala pertama yang dihadapi pasukan adalah sebuah sungai yang lebar. Sungai
tersebut bernama Sungai Kampar kanan, salah satu sungai besar yang ada di Riau.
Mereka mengharuskan menyeberang sungai tersebut agar bisa sampai di tujuan.
Saat penyebrangan, awal mulanya hendak menyeberang dengan berenang, namun hal
tersebut sekiranya tidak masuk akal sebab Sungai Kampar Kanan mempunyai lebar
sekitar 100 meter bahkan lebih. Jadi, pasukan BR 1 melakukan penyeberangan
dengan rakit yang dibantu oleh warga tempatan. Penyeberangan tersebut
berlangsung pukul 03:00 WIB (dini hari) dengan Kompi B sebagai pasukan kawal
depan.
![]() |
Sungai Kampar Kanan yang lebar sumber : Dokumentasi Pribadi Vitho Historia, 2021 |
Pukul 10:00 WIB pagi, pasukan telah sampai di pinggir Desa Sungai Pagar. Saat itu keadaan desa dinilai cukup aman namun tetap waspada. Sebab, diyakini masih ada sisa-sisa gerombolan PRRI yang tinggal di desa dan mungkin saja sebagian dari mereka menyamar menjadi warga desa. Satu-satunya akses ke desa saat itu adalah dengan menyeberang sungai. Saat memantau dan mengintai desa dari sebuah jembatan, satu regu pimpinan Kopral Suprapto melihat ada aktivitas lawan di dalam desa yang dimana mereka sedang menyusun pertahanan. Setelah itu, regu Kopral Suprapto langsung bergerak menuju sasaran dan sesaat sebelum sampai pada ujung jembatan, langsung menerima rentetan tembakan dari pasukan PRRI yang mengakibatkan satu anggota regu BR 1 terluka dan pasukan Kopral Suprapto hanya bisa bertahan di sisi lain dari jembatan saja.
Mendapat kabar anak buah sedang dalam posisi terjepit dan tidak menguntungkan, Komandan Kompi B BR 1 langsung menyambut dengan mengirimkan regu bantuan menuju lokasi sasaran. Strategi yang dipakai adalah menyusup dengan gerak melambung. Namun manuver sempat terhadang oleh rawa-rawa akan tetapi akhirnya mereka dapat mendekat tanpa diketahui oleh musuh.
Hasil Pertempuran & Pergerakan Lanjutan
Sambil berlindung dari
sebalik tanggul rawa, pasukan BR 1 melakukan serangan mendadak. Terpantau,
pasukan PRRI dapat dipukul mundur dan mereka memilih kabur, sama seperti saat
pendaratan pertama di Pekanbaru. Setelah kontak tembak tersebut, pasukan Kompi
B Banteng Raiders 1 berhasil menguasai Desa Sungai Pagar. Saat melakukan
penyisiran, didapati amunisi sisa pasukan PRRI yang ditinggalkan dengan jumlah
yang sangat banyak.
Setelah usai melakukan
penyisiran, dinyatakan bahwa Desa Sungai Pagar bersih dari musuh. Selanjutnya,
sebagai bagian dari recovery supply peleton
dari perbekalan dan angkutan (Bekang) masuk dan membawa suplai amunisi untuk
pasukan BR 1 serta mendatangkan kendaraan angkut personil, diantaranya ialah
jenis jeep.
Seakan tidak mau
kehilangan ‘buruan’ mereka, dengan langkah pasti pasukan Kompi B Banteng
Raiders 1 melakukan pengejaran ke sebuah daerah yang bernama Lipatkain.
Lipatkain ini lebih kurang berjarak 40 Km dari Sungai Pagar. Lipatkain sendiri
masih masuk ke dalam administrasi Kabupaten Kampar, sama halnya dengan Sungai
Pagar.
Sumber Artikel :
Priyono. 2012. Infanteri The Backbone of The Army. Yogyakarta : Mata Padi PressindoSitompul, Martin. 2018. Operasi Bersama Gempur Sumatera
https://historia.id/militer/articles/operasi-bersama-gempur-sumatera-P94zl
Vidiani, Yola Ristania. 2018. Ketika Riau Jadi Saksi Operasi Militer Gabungan Pertama di Indonesia
https://www.riauonline.co.id/riau/kota-pekanbaru/read/2018/05/29/ketika-riau-jadi-saksi-operasi- militer-gabungan-pertama-di-indonesia
Komentar
Posting Komentar